Isi Artikel
Silakan simak beberapa contoh puisi pendek yang bertema tentang bumi, pilihan, jingga, hujan, kesetiaan, dan lain sebagainya. Semoga dapat membantu kamu yang membutuhkan puisi pendek.
Selamat membaca dan meresapi arti tiap bait atau barisnya.
1 Bumi Kami
Bumi adalah kasih setia semesta.
Bumi nafas Titian pijak kita.
Bumi slalu memberi tanpa pamrih.
Bumipun butuh jeda tuk sejenak mereda.
Agar kembali lega dari sesaknya.
Kepada bumi yang membumi.
Melalui penjagaan peduli kasih bersama.
Baca Juga: Puisi Cinta Kasih
Memeliharanya dengan kasih.
Saling menyayangi lewati perjalanan dibumi.
Agar bumipun kembali menjaga setiap makhluknya.
Semoga bumi pertiwi lekas kembali pulih.
2 Sebuah Pilihan
Pilihan atas dasar makna
Pilihan ditudung senja
Pilihan beraneka kisah
Jejaknya yang menuai kisah
Pilihan dalam peduli
Pilihan dalam sabarnya hati
Penantian itu jauh lebih berarti
Istikharah hati dalam sujud kasih
Menggenggamnya kepada Ilahi
Mempertahankan atau melepaskan percikkannya yang singgah
Teka-teki syahdu yang tercipta
Sejumlah frasa menjaganya
Sesuai alur yang dicipta semesta
Mengungkapkan yang nyata terasa adakah itu hal yang salah?
3 Pelita Jingga
Pagi ini aku ingat sesuatu
Lalu aku pun mensyukuri dan tersipu
Ya Rabb-Ku tiada yang tak kau percikkan kecuali tuk kebaikan
Kebaikan bagi setiap kami hambamu
Menyapa aku dari sini
Lagi-lagi Ilahi menguji dengan caranya
Pembentang jarak diantara ruang dan waktu
Sajak hangat mencipta nurani
Belalak mata menjadi genangan penantian hangat
Menyapa pagi yang bermentari
Pesonanya menyejukkan netra
Sinarannya menghangatkan raga
Nirwana teduh alam semesta
Mengusir caruk maruknya sendu sedan menjelma
Kebekuan itu sirna, pelita Jingga dibias senja
Sang senja membalut seisi langit angkasa pirawa raya
Elok netra menatapnya
Pelita Jingga mewarnai rona langit
Bersama bayangmu yang singgah
Baca Juga: Puisi Tentang Waktu
Temani ku disisi rasa
Seketika, berbagi kisah dan ceritanya
Meski jarak menepis jumpa kita
Meski jarak merundung jiwa
Membentang dimiliaran senjanya
Namun, bukankah langit yang kita tatap masih sama
Ia tak pernah jeda menjarak ditatap kita
Bukankah kala senja menyapa hangatnya yang dirasa pun masih seirama
Meskipun kau berada dijarak yang terbentang jauh
Dan aku berada di kediamanku menatap bayangmu dari rona jingga dan senja
Kala menatap langit, apakah kau tau?
Kusampaikan pesanku kepada langit dan senja
Pada pelita Jingga, semoga ia menyampaikannya kejalan hatimu
Bersama hari dan Illahi yang menjagamu
4 Hujan Musim Semi
Musim semi penghujung hujan dini hari
Sapaannya tak hanya menderasi guyur tanah bumi
Dini hari memandang mu dari sini
Rutinitas padatnya pun tetap memanggil mu dari sini
Hujan musim semi,
Mengguyur bumi dan juga hatiku
Menggenggam rasa yang utuh
Musim semi hujan dini hari teduh
Aku mengingatmu..
Kembali hujan menyapa bumi dengan derasnya
Membawa gemericik teduh di genangannya
Membasahi pijak langkah
Mengguyur nuansa hati yang kian tertumpuk rindu
Dibasuh hujan di musim semi
Sekedar menyeka hati merindu
Hanya nada gemericiknya yang bermelodi terngiang merdu
Dari permukaan tanah ia menetes dan mengalir
Mendung kelabu itu kian mengabu
Bersama tumpukkan rinduku
Yang belum temu titik temu
Menghiasi atap langit
Hujan musim semi menghujani tanah bumi
5 Syair Sederhana
Hingga detik aku merangkai aksara bertudung rindu ini
Menggema disajak aku menepi dihari
Tersudut diduduk sendiri
Rasa dalam diam belum menemukan titiknya
Belalak sayu kecoklatan dari bola mata berkaca-kaca
Entah apa yang dirasakannya
Memadukan kuas bercorak warna penghubung berjuta rasa
Dalam lukisan hangat pagi bermentari
Pena meracik dengan rangkaian katanya
Perantara sekat rahasia rasa yang menjelma nyata
Tak pandai ungkap kata hati
Lewat isyarat bahasa hati ukirannya menari
Meliuk dilingkar tali jemari
Tiap untaian katanya sarayu tersurat
Baca Juga: Puisi Senandung Rindu
Kini, seuntai syair sederhana menjadi senandung yang merasa
Bak selancar terdesir angin
Berlayar kepulau semilir
Pada muara yang mengalir
Dirakit sendu yang menjangkit
Dalam bejana kusimpan rapih dan kukunci rapat deretan abjad sebuah nama
Syair sederhana merekat dipena
Ku titipkan sebuah nama kepada semesta
6 Menepi Aku
Ijinkan aku bertanya
Kepada langit yang bernafas
Kepada bintang yang berkerlip
Kepada bulan yang benderang
Kepada desir semilir angin yang berhembus kencang
Tentang hati yang menyala di nurani
Nanti, saat kamu menyadari dan aku sudah menepi
Menepikan semua rasa disisi
Membungkam dalam nurani
Karena memahami letak diri ini
Jaga sahaja rasaku yang pernah ada untukmu ini
Hanya tuk disampaikan kepada awan dilangitnya yang biru
Hanya tuk disampaikan kepada tetesan linang ricik hujan
Hanya tuk disampaikan kepada angan yang melanglang
Hanya tuk disampaikan kepada Allah yang maha menghendaki
7 Tak Ada
Tak ada yang sedang mencari
Tak ada yang sedang menjauh
Tak ada yang sedang merindui
Tak ada yang sedang menghampiri
Buih digulung sang ombak dini hari
Kepada duduk tepi pantai yang lepas
Tak ada yang hendak dituju
Aku hanya ingin berbicara kepada hati
Kepada peluk kasih sayang Allah
Kepada luapan asa diteriak geriak ombak
Kepada pantai yang lepas
Meluapakan isak sejenak
8 Jadilah Cipta Satu
Ada sebait makna
Terkandung dalam baluran jiwa
Cipta sebuah perjalanan rasa yang sederhana
Ada sebuah dilema
Dalam kemasan sang pujangga
Yang menyibak memendam sebuah perjalanan tentang hati dan jiwa
Ada yang bersembunyi
Diam dalam aksara doa yang terjaga
Jadilah cipta sebuah perjalanan rasa yang terpendam ditengah maknanya
Ia ada di antara karang laut dasar hati
Ia ada dalam setiap lembaran doa
Ia ada dalam molekul-molekul terkecil di samudera
Ia ada dalam dedaunan menghijau yang berklorofil
Meresap ke pori-pori hati
Jadilah cipta satu yang mengalir
Menatap dalam nalar logika
Menatap pada hati yang bersuara
Tiada jeda dalam senandung doa
Senantiasa terjaga dalam alunan cipta satu hati dan jiwa
9 Nada Setia
Apa yang kau jaga,
Apa yang kau yakini ada di nafas jiwa,
Apa yang membuat mu melangkah,
Pada dentingnya ruh yang bernyawa.
Pada sepenggal terjal labirin kisah.
Pada ujinya semesta.
Setia dalam tutur lisankah,
Atau menjaga setia penuh didalam jiwa.
Setia itu tentang kita bersama Allah yang menjaga.
Setia itu tutur hati kepada Ilahi.
Setia itu ingat akan amanah.
Setia yang sekata paham dalam perjuangan meniti hari bersama.
Setia yang sejati tulus dari hati.
Bukan sekedar menghampiri lalu berpaling pergi.
Bukan hanya selewatan kata basa-basi,
Namun lebih kepada saling menjaga hati dan pandangan diri.
10 Menyapa Pagi
Pagi dalam teduh tasbih
Berbisik lirih luruh dalam hari
Pagi menyapa insani dibumi
Akan tapak yang harus didaki
Dari serambi yang mencermati
Tumpukkan demi tumpukkan tanda kutip dini hari
Abaikan sejenak, lekaskan yang tergerak
Wahai pagi berkat sabda Ilahi
Tak jeda mengucap asma Ilahi
Pagi dengan seberkas mentari bercahaya
Embun-embun dipelataran teduh menyapa pagi
Menyeka dari balik tirai jendela
Meracik sebaris nama dengan tariannya
Pagi ucap syukur jiwa pada semesta
Tak berjeda membasuh pilur dahaga, pun sumringah
Dedaunan rimbun menghijau menyejukkan netra
Nanti, cerita pagi ini
Lengkapi berkas agar senantiasa terhubung dan tersusun rapi
Nanti, cerita pagi ini
Menyuarakan inspirasi lagunya pada pilihan hati yang tersembunyi
11 Sajak Ilahi
Lirih menyebut sebaris nama
Menggema disajak semesta
Langit biru menatap dengan senyum cerahnya
Langit biru seakan turut mengaminkan
Menyaksikan yang tertanam dan terpupuk, namun belum tertunaikan
Bahasa kalbu bertumbuh riuh
Sajak Ilahi menjadi hantar pembasuh
Bertumbuh tanpa pendiktean
Biar Ilahi yang menuntaskan dengan caranya
Dunia tak mengerti seberapa luas asa terpendam
Lautan pun tak mengerti seberapa dalam geliak luruh asa yang terpendam
Sajak Ilahi menjadi penghantar miliaran langit rasa
Hening doa menyapa sang pemilik hati dan jiwa
Gumpalan awan menggenggamnya dikediaman doa-doa yang terjaga
Bersarang dalam do’a panjang nan bersahaja
Bait-baitnya menjadi bumbu rasa peneduhan jiwa
12 Bait Dalam Diam
Diam bukan berarti tak mengerti
Biar pusara hati yang menjadi pemerhati
Menyimpan perasaan dalam sepi
Bertengger riak riuh, namun terasing ditengah ramainya hari
Sejarah islami selalu setia menginspirasi
Layaknya kisah Fatimah dan Ali
Menyembunyikan sesuatu, Bait-bait rasa dalam tudung doa diamnya
Merayu Rabb ku agar terhubung langsung pesannya kepadamu
Bait-bait diam menjadi jeda
Sebab ingin Rabb ku yang menyertainya
Bait-bait diam menjadi pusat doa
Biar Rabb ku menyampaikannya kedalam hatimu
13 Terbungkus Aksara Dalam Pena
Tak hanya lisan yang menjadi pusat suara
Tak hanya petikkan nada-nada indah,
Yang menjadi pemerhatinya
Sejumlah kisahnya terbungkus diinspirasi jiwa
Sejumlah kisahnya terbungkus oleh aksara dalam pena
Sejenak ia tersirat,
Lalu tersurat mulai merangkai kata perkata sederhana yang menari
Terbungkus aksara dalam pena
Tak lantas sontak seluruhnya mampu terbaca
Hanya degup jiwa yang mengerti,
Yang mampu memahami narasi keseluruhannya
Terbungkus aksara dalam pena
Mengerti aku wahai jiwa yang memahami
Aksara dalam pena menjadi perantara
Terbaca dengan kacamata hati
Kata itu tetap membungkam, Ia lantang terbungkus pena
Perjalanan menuju menyisir cipta dan cita
Berbagai gejolak lantunan kata dan rasa melebur menjadi satu dalam jiwa
Setitik pengorbanan dikandung berkat Ilahi
Pabila jejak semesta berpihak kepada liuk takdir kita
Semoga ia yang tetap menjaga setianya
Skenario semesta memang cukup unik dan terbingkai apik