kumpulan puisi pendek

12+ Kumpulan Puisi Pendek Tentang Bumi, Pilihan, Jingga, Hujan

Posted on

Silakan simak beberapa contoh puisi pendek yang bertema tentang bumi, pilihan, jingga, hujan, kesetiaan, dan lain sebagainya. Semoga dapat membantu kamu yang membutuhkan puisi pendek.

Selamat membaca dan meresapi arti tiap bait atau barisnya.

1 Bumi Kami

Bumi adalah kasih setia semesta.

Bumi nafas Titian pijak kita.

Bumi slalu memberi tanpa pamrih.

Bumipun butuh jeda tuk sejenak mereda.

Agar kembali lega dari sesaknya.

Kepada bumi yang membumi.

Melalui penjagaan peduli kasih bersama.

Baca Juga: Puisi Cinta Kasih

Memeliharanya dengan kasih.

Saling menyayangi lewati perjalanan dibumi.

Agar bumipun kembali menjaga setiap makhluknya.

Semoga bumi pertiwi lekas kembali pulih.

2 Sebuah Pilihan

Pilihan atas dasar makna

Pilihan ditudung senja

Pilihan beraneka kisah

Jejaknya yang menuai kisah

Pilihan dalam peduli

Pilihan dalam sabarnya hati

Penantian itu jauh lebih berarti

Istikharah hati dalam sujud kasih

Menggenggamnya kepada Ilahi

Mempertahankan atau melepaskan percikkannya yang singgah

Teka-teki syahdu yang tercipta

Sejumlah frasa menjaganya

Sesuai alur yang dicipta semesta

Mengungkapkan yang nyata terasa adakah itu hal yang salah?

3 Pelita Jingga

Pagi ini aku ingat sesuatu

Lalu aku pun mensyukuri dan tersipu

Ya Rabb-Ku tiada yang tak kau percikkan kecuali tuk kebaikan

Kebaikan bagi setiap kami hambamu

Menyapa aku dari sini

Lagi-lagi Ilahi menguji dengan caranya

Pembentang jarak diantara ruang dan waktu

Sajak hangat mencipta nurani

Belalak mata menjadi genangan penantian hangat

Menyapa pagi yang bermentari

Pesonanya menyejukkan netra

Sinarannya menghangatkan raga

Nirwana teduh alam semesta

Mengusir caruk maruknya sendu sedan menjelma

Kebekuan itu sirna, pelita Jingga dibias senja

Sang senja membalut seisi langit angkasa pirawa raya

Elok netra menatapnya

Pelita Jingga mewarnai rona langit

Bersama bayangmu yang singgah

Baca Juga: Puisi Tentang Waktu

Temani ku disisi rasa

Seketika, berbagi kisah dan ceritanya

Meski jarak menepis jumpa kita

Meski jarak merundung jiwa

Membentang dimiliaran senjanya

Namun, bukankah langit yang kita tatap masih sama

Ia tak pernah jeda menjarak ditatap kita

Bukankah kala senja menyapa hangatnya yang dirasa pun masih seirama

Meskipun kau berada dijarak yang terbentang jauh

Dan aku berada di kediamanku menatap bayangmu dari rona jingga dan senja

Kala menatap langit, apakah kau tau?

Kusampaikan pesanku kepada langit dan senja

Pada pelita Jingga, semoga ia menyampaikannya kejalan hatimu

Bersama hari dan Illahi yang menjagamu

4 Hujan Musim Semi

Hujan Musim Semi

Musim semi penghujung hujan dini hari

Sapaannya tak hanya menderasi guyur tanah bumi

Dini hari memandang mu dari sini

Rutinitas padatnya pun tetap memanggil mu dari sini

Hujan musim semi,

Mengguyur bumi dan juga hatiku

Menggenggam rasa yang utuh

Musim semi hujan dini hari teduh

Aku mengingatmu..

Kembali hujan menyapa bumi dengan derasnya

Membawa gemericik teduh di genangannya

Membasahi pijak langkah

Mengguyur nuansa hati yang kian tertumpuk rindu

Dibasuh hujan di musim semi

Sekedar menyeka hati merindu

Hanya nada gemericiknya yang bermelodi terngiang merdu

Dari permukaan tanah ia menetes dan mengalir

Mendung kelabu itu kian mengabu

Bersama tumpukkan rinduku

Yang belum temu titik temu

Menghiasi atap langit

Hujan musim semi menghujani tanah bumi

5 Syair Sederhana

Syair Sederhana

Hingga detik aku merangkai aksara bertudung rindu ini

Menggema disajak aku menepi dihari

Tersudut diduduk sendiri

Rasa dalam diam belum menemukan titiknya

Belalak sayu kecoklatan dari bola mata berkaca-kaca

Entah apa yang dirasakannya

Memadukan kuas bercorak warna penghubung berjuta rasa

Dalam lukisan hangat pagi bermentari

Pena meracik dengan rangkaian katanya

Perantara sekat rahasia rasa yang menjelma nyata

Tak pandai ungkap kata hati

Lewat isyarat bahasa hati ukirannya menari

Meliuk dilingkar tali jemari

Tiap untaian katanya sarayu tersurat

Baca Juga: Puisi Senandung Rindu

Kini, seuntai syair sederhana menjadi senandung yang merasa

Bak selancar terdesir angin

Berlayar kepulau semilir

Pada muara yang mengalir

Dirakit sendu yang menjangkit

Dalam bejana kusimpan rapih dan kukunci rapat deretan abjad sebuah nama

Syair sederhana merekat dipena

Ku titipkan sebuah nama kepada semesta

6 Menepi Aku

Ijinkan aku bertanya

Kepada langit yang bernafas

Kepada bintang yang berkerlip

Kepada bulan yang benderang

Kepada desir semilir angin yang berhembus kencang

Tentang hati yang menyala di nurani

Nanti, saat kamu menyadari dan aku sudah menepi

Menepikan semua rasa disisi

Membungkam dalam nurani

Karena memahami letak diri ini

Jaga sahaja rasaku yang pernah ada untukmu ini

Hanya tuk disampaikan kepada awan dilangitnya yang biru

Loading...

Hanya tuk disampaikan kepada tetesan linang ricik hujan

Hanya tuk disampaikan kepada angan yang melanglang

Hanya tuk disampaikan kepada Allah yang maha menghendaki

7 Tak Ada

Tak ada yang sedang mencari

Tak ada yang sedang menjauh

Tak ada yang sedang merindui

Tak ada yang sedang menghampiri

Buih digulung sang ombak dini hari

Kepada duduk tepi pantai yang lepas

Tak ada yang hendak dituju

Aku hanya ingin berbicara kepada hati

Kepada peluk kasih sayang Allah

Kepada luapan asa diteriak geriak ombak

Kepada pantai yang lepas

Meluapakan isak sejenak

8 Jadilah Cipta Satu

Ada sebait makna

Terkandung dalam baluran jiwa

Cipta sebuah perjalanan rasa yang sederhana

Ada sebuah dilema

Dalam kemasan sang pujangga

Yang menyibak memendam sebuah perjalanan tentang hati dan jiwa

Ada yang bersembunyi

Diam dalam aksara doa yang terjaga

Jadilah cipta sebuah perjalanan rasa yang terpendam ditengah maknanya

Ia ada di antara karang laut dasar hati

Ia ada dalam setiap lembaran doa

Ia ada dalam molekul-molekul terkecil di samudera

Ia ada dalam dedaunan menghijau yang berklorofil

Meresap ke pori-pori hati

Jadilah cipta satu yang mengalir

Menatap dalam nalar logika

Menatap pada hati yang bersuara

Tiada jeda dalam senandung doa

Senantiasa terjaga dalam alunan cipta satu hati dan jiwa

9 Nada Setia

Puisi Nada Setia

Apa yang kau jaga,

Apa yang kau yakini ada di nafas jiwa,

Apa yang membuat mu melangkah,

Pada dentingnya ruh yang bernyawa.

Pada sepenggal terjal labirin kisah.

Pada ujinya semesta.

Setia dalam tutur lisankah,

Atau menjaga setia penuh didalam jiwa.

Setia itu tentang kita bersama Allah yang menjaga.

Setia itu tutur hati kepada Ilahi.

Setia itu ingat akan amanah.

Setia yang sekata paham dalam perjuangan meniti hari bersama.

Setia yang sejati tulus dari hati.

Bukan sekedar menghampiri lalu berpaling pergi.

Bukan hanya selewatan kata basa-basi,

Namun lebih kepada saling menjaga hati dan pandangan diri.

10 Menyapa Pagi

Menyapa Pagi

Pagi dalam teduh tasbih

Berbisik lirih luruh dalam hari

Pagi menyapa insani dibumi

Akan tapak yang harus didaki

Dari serambi yang mencermati

Tumpukkan demi tumpukkan tanda kutip dini hari

Abaikan sejenak, lekaskan yang tergerak

Wahai pagi berkat sabda Ilahi

Tak jeda mengucap asma Ilahi

Pagi dengan seberkas mentari bercahaya

Embun-embun dipelataran teduh menyapa pagi

Menyeka dari balik tirai jendela

Meracik sebaris nama dengan tariannya

Pagi ucap syukur jiwa pada semesta

Tak berjeda membasuh pilur dahaga, pun sumringah

Dedaunan rimbun menghijau menyejukkan netra

Nanti, cerita pagi ini

Lengkapi berkas agar senantiasa terhubung dan tersusun rapi

Nanti, cerita pagi ini

Menyuarakan inspirasi lagunya pada pilihan hati yang tersembunyi

11 Sajak Ilahi

Lirih menyebut sebaris nama

Menggema disajak semesta

Langit biru menatap dengan senyum cerahnya

Langit biru seakan turut mengaminkan

Menyaksikan yang tertanam dan terpupuk, namun belum tertunaikan

Bahasa kalbu bertumbuh riuh

Sajak Ilahi menjadi hantar pembasuh

Bertumbuh tanpa pendiktean

Biar Ilahi yang menuntaskan dengan caranya

Dunia tak mengerti seberapa luas asa terpendam

Lautan pun tak mengerti seberapa dalam geliak luruh asa yang terpendam

Sajak Ilahi menjadi penghantar miliaran langit rasa

Hening doa menyapa sang pemilik hati dan jiwa

Gumpalan awan menggenggamnya dikediaman doa-doa yang terjaga

Bersarang dalam do’a panjang nan bersahaja

Bait-baitnya menjadi bumbu rasa peneduhan jiwa

12 Bait Dalam Diam

Diam bukan berarti tak mengerti

Biar pusara hati yang menjadi pemerhati

Menyimpan perasaan dalam sepi

Bertengger riak riuh, namun terasing ditengah ramainya hari

Sejarah islami selalu setia menginspirasi

Layaknya kisah Fatimah dan Ali

Menyembunyikan sesuatu, Bait-bait rasa dalam tudung doa diamnya

Merayu Rabb ku agar terhubung langsung pesannya kepadamu

Bait-bait diam menjadi jeda

Sebab ingin Rabb ku yang menyertainya

Bait-bait diam menjadi pusat doa

Biar Rabb ku menyampaikannya kedalam hatimu

13 Terbungkus Aksara Dalam Pena

Tak hanya lisan yang menjadi pusat suara

Tak hanya petikkan nada-nada indah,

Yang menjadi pemerhatinya

Sejumlah kisahnya terbungkus diinspirasi jiwa

Sejumlah kisahnya terbungkus oleh aksara dalam pena

Sejenak ia tersirat,

Lalu tersurat mulai merangkai kata perkata sederhana yang menari

Terbungkus aksara dalam pena

Tak lantas sontak seluruhnya mampu terbaca

Hanya degup jiwa yang mengerti,

Yang mampu memahami narasi keseluruhannya

Terbungkus aksara dalam pena

Mengerti aku wahai jiwa yang memahami

Aksara dalam pena menjadi perantara

Terbaca dengan kacamata hati

Kata itu tetap membungkam, Ia lantang terbungkus pena

Perjalanan menuju menyisir cipta dan cita

Berbagai gejolak lantunan kata dan rasa melebur menjadi satu dalam jiwa

Setitik pengorbanan dikandung berkat Ilahi

Pabila jejak semesta berpihak kepada liuk takdir kita

Semoga ia yang tetap menjaga setianya

Skenario semesta memang cukup unik dan terbingkai apik