contoh puisi waktu

Puisi Tentang Waktu, Jarak, Kembali dan Takdir

Posted on

Di artikel kali ini akan saya berikan beberapa contoh puisi yang berhubungan dengan waktu, jarak, dan takdir.

Puisi ini sangat menyentuh hati bagi pembacanya yang sedang galau atau sedih dan terpisah oleh jarak. Simak selengkapnya di artikel berikut ini

Tentang Waktu

Lafadz bismillaah disetiap detak denyut nafas diri.

Guliran tentang detik waktu mengalir detiknya terasa cepat.

Bersama detik sepenggal jejak takdir yang mengalir.

Kala lisan bungkam dalam ungkap frasa rasa,

Hanya bersama Rabb-Nya Ia mampu mencurahkan luruh perasaannya.

Kepada desir semilir angin yang menghembusnya perlahan.

Kepada semesta yang memahaminya.

Kepada pena yang merangkai bait demi bait sajaknya.

Tentang waktu,

Tentang jiwa kepada jiwa yang menghinggapi nalar rasa.

Tentang seseorang yang sedang berjibaku diam dalam pena yang selalu setia menemani kesendiriannya.

Ia cermati setiap gumpalan nadir arah rasanya berlabuh.

Duhai Diri,

Yang sedang menggenggam penanya.

Duduk dalam buntalan jarak rasa,

Penghubung dan perantaranya hanya termangu sujud bersama Ilahi.

Duhai Diri,

Yang sedang menggenggam rasa kepada waktu yang bergulir,

Diam dalam pena bersalam renyuh di bait do’a.

Jarak Hati

Kepada sosok yang kerap menjelma.

Bayangan samar menyibak nuansa.

Riuh teka-teki yang singgah.

Tersembunyi ditudung munajat semesta.

Jarak hati menjadi titik labuhan asa.

Jarak hati akankah pulih dengan sendirinya,

Jarak hati akankah temui titik temunya.

Semoga tak menjadi frasa pupus dalam labirin sejarah.

Semoga senantiasa terjaga direlung hati yang semestinya.

Baca Juga: Puisi Senja

Tatkala waktu mengungkap tabir yang mengatur,

Tatkala jarak rasa menjadi polemik dalam jiwanya,

Tatkala diam yang menjadi pilihannya,

Pusat doa menjadi titik puncak luapan asanya.

Perlahan memendam semuanya.

Kata berpaling arah menjadi lecutan pada butiran tetes renyuh air matanya.

Jarak hati, serumit itukah rumpun rahasia rasa?

Titik makna yang penuh tanda tanya.

Duhai Diri, hanya menatap teduh.

Dibalut butiran tetes raut embun cermin yang sedang berbincang dengannya, yang menemaninya.

Tatkala jarak hati dalam diamnya menjadi titik tengahnya.

Sebab takut kan merindung berjarak jawabnya.

Menjeda riuh dalam doa.

Kembali

Kembali kepada waktu yang menghimpun.

Kembali kepada waktu yang menanti.

Kembali kepada waktu yang berserah bersama Rabbi.

Menumpuk tumpukkan yang tumbuh entah dititik mana ia berhenti.

Coretan dalam dinding narasi,

Loading...

Coretan dalam papan tulis hati.

Kembali kepada Ilahi yang memilihkan jejak alunan pena hati.

Kembali linangan pasrahnya berbalur titiknya munajat hati.

Pada ia yang tak bersambut,

Pada tatap raut diri berkabut.

Pada teduh jiwa bersalam merebah rasanya dalam sujud.

Mencoba berkompromi kepada hati dan dirinya.

Kembali iapun menahan jejak alurnya dalam diamnya yang dikening sujud.

Takdir

Secercah harap dalam balutan rasa.

Mereda jeda dalam tafakur kasih.

Sekumpulan hajat dilambung munajat.

Takdir Ilahi yang berkata,

Ikhtiarnya bersandar didekap rangkulan syahdu Ilahi.

Sungguh Ilahi teramat syahdu..

Sang Ilahi yang selalu menghibur hati dengan caranya yang lembut..

Engkau Ya Ilahi teramat sangat baik..

Baca Juga: Puisi Hujan

Kecup kening luruh remuk meredam suara dalam sujud do’a kepada Mu.

Kepada langit yang tersipu tersenyum lugu.

Kepada bumi yang membumi dipijakkan hari.

Meniti hari dan hati dengan hati-hati.

Lewati labirin kehidupan yang fana ini.

Rahmat Mu begitu sangat luas melebihi sayatan hati yang kerap menghampiri.

Kasih sayang Mu begitu renyuh didalam jiwa ini.

Ilahi Rabbi… Hanya bersama Mu ku mampu ungkapkan seluruh rasa yang menyelimuti.

Sejenak Cemas

Puisi Sejenak Cemas
Puisi Sejenak Cemas

Bolehkah sejenak aku bertutur dalam tanya,

Bolehkah aku menyelipkan namamu dibait doa meniti hari,

Menitipkan sekeping pena hati digenggam doa Ilahi.

Duhai Diri, yang sedang bertanya dalam pikirnya hati.

Sejenak Cemas membaluri sendi-sendi hati.

Rasanya cemas, melayang lewat udara dalam suara yang tak berbekas.

Rasanya cemas, lepas memendam jalannya sulaman ruh nalar rasa yang tak berbalas.

Rasanya cemas, dalam nafas menghelakan nafas.

Skenario semesta cukup apik.

Alur semesta pasti diciptanya dengan unik dan menarik.

Diujung jalan sana, dititik akhirnya nanti,

Semua pasti kan menjelaskan dan menjawabnya.

Perlahan dengan sendirinya.

Waktu ialah obat pemulih berjuta pesona keunikkan sebuah rasa.

Doa yang tak pupus yang kan mengartikan semuanya.

Menitipkan polemik rasa bersama Rabbi ialah yang hakiki.

Kejujuran hati ialah hal yang patut dimaknai.

Sejatinya yang tak sanggup memalingkan hati.

Bersama bait tasbih, aku mampu meredakan sikit.

Menghelakan nafas diri kala terhimpit.

Demikianlah beberapa contoh puisi yang berkaitan dengan waktu dan jarak. Semoga bisa memberikan pencerahan untuk anda yang mencarinya