puisi tentang kabut

Puisi Tentang Kabut, Doa, Jingga dan Aljabar Semesta

Posted on

Pada artikel kali ini saya akan memberikan karya sastra yaitu puisi yang bertemakan dengan kabut, doa, jingga dan semesta. Mungkin sebagian dari kita ingin menulis sebuah perasaan yang inspirasinya dari kabut.

Karya berikut ini adalah hasil pemikiran penulis sendiri yang ditulis dengan penuh perasaan, dan penjiwaan. Semoga dapat memberikan manfaat untuk anda yang membaca.

Kabut Juni

Juni, bulan dalam sendunya hati.

Juni, ada kabut menghampiri.

Degupan jantung seolah berhenti.

Kabut bersemayam dipenghujung hari.

Duhai hati yang berlabuh.

Duhai hati yang bertasbih meleburkan rasa pada Ilahi.

Menggenggam rasa seorang diri.

Memendamnya seorang diri.

Bersemi kabut di bulan Juni.

Tatap yang tak redup menyibak hari.

Milyaran jarak mencoba mengerti,

Bersandar tersungkur bersama Rabbi.

Menyandarkan semua naluri yang menghinggapi bersama Rabbi.

Kala nalar berkutat, menatap dirimu menggenggamnya.

Bahagia dibalik tabir senduku.

Pergilah kasih hati jika renyah tawamu terletak padanya.

Raga melayang melepaskan bayang-bayang.

Hati yang menghilang dibayang kabut Juni.

Lenyap harapan, berkompromi kepada hari.

Baca Juga: Puisi Tentang Rindu

Juniku yang tenggelam bersama sendu.

Juniku yang hilang bersama sunyi.

Juniku yang menanti waktu datang.

Memaksa diri melepasmu, membutuhkan sulaman pintal waktu yang panjang.

Kabut Juni dalam bayang sunyi.

Jauh Raga Didekap Doa

Kamu nada-nada inspirasi ku mengenal hari-hari.

Kamu seperti percikkan kasih membaluri nafas doa meniti hari.

Kamu menyelinap pada waktu yang berganti.

Menyapa didalam hati yang mengalun tasbih.

Dari balik tirai berjerami, aku menepi.

Kepada pagi yang mengremasi tatapan hari.

Secercah harapan cahaya menari di sendu hari kerinduan.

Ia bergumam sendiri dibenak hati,

Tapakan demi tapakan itu mencoba memahami.

Kidung hati tak hentinya menyelami.

Adakah yang salah saat memijak hari?

Adakah yang salah saat merindu dijauhnya hari?

Adakah yang salah dengan rasa yang bertumbuh ini?

Bintang di pekatnya hening malam bernada menjadi pelipur diri.

Langkahnya perlahan namun pasti.

Pijaknya tak jemu memberikan arti.

Pada bumi yang membumi,

Tersadar mungkin menggapaimu hanya sebatas mimpi indah ku.

Cangkir cawan rindu itu menuai secarik kisah berselimut raga tak tergapai.

Tak mengapa, hening diam dilangitkan hati pada syair doa yang menyertai.

Tentang teka-teki menarik cermat diri.

Kita bertemu dilambung doa semesta.

Hanya raga kita saja yang berjarak.

Semoga tak serupa dengan jalannya sekeping hati.

Dijauhnya raga, menyeka hati menyapa didekap doa.

Secarik Pesan Sederhana

Kata perkata terangkai dalam pena

Butiran maknanya tersimpan sebuah nama

Deretan abjad yang menjadi sebuah tanya

Alurnya tak dimengerti sebelumnya

Yang ku mengerti, semua hadir secara tiba-tiba

Entah jalanmu atau jalanku yang berlawan arah

Ungkapan syair hati menjadi perantara

Tak mampu ku ungkap semua yang ada dalam panah semesta

Loading...

Tak mampu ku terka labuhnya kan tertuju kearah mana

Yang ku mengerti, kamu ada dalam genggaman pena yang menjelma

Menyusuri setiap ukirannya bersama rangkaian doa

Secarik pesan sederhana teruntuk sang penggenggam rasa, dalam diam diri yang bernada

Bayang Jingga

Raga yang mencerna narasi diksi dalam pena jingga

Tabir berjarak menjadi sebuah elegi dalam hari

Pijaran waktu menjadi penghubung jejak diri

Sekumpulan diksi bersembunyi dipena hati

Bayangan jingga, hadir menyelimuti gumpalan awan pada langit-langit

Coba sebentar kau menatap pada langit yang bersahaja

Bersama jingga yang setia dengan narasi langitnya

Cari Tahu Juga: Puisi Tentang Rindu

Kau hadir disetiap penghubung doa panjang yang melambung

Kau ada dalam setiap tutur yang tersungkur merdu

Kau bayang jingga saat aku menatap langit yang bercerita

Lihatlah sejenak, ada bayang jingga dibalik kata kita yang tak berkutik

Separuh jiwaku ada bersama bayang jingga menjelma dalam dirimu

Menggenggam Rasa

Menggenggam Rasa

Menatapmu dari bayang samar yang hinggap

Menjelma dalam senandung doa yang menggema

Ada dalam butiran bait kata yang bermakna

Menepi diri dalam tepiannya yang redup

Jarak berkutub pada rajut yang terpaku

Serabut saraf bertanya sesuatu tentangmu

Nalar hati diam tak berkutik

Hanya mampu memendam rasanya sendiri

Dalam tabirnya yang bermelodi

Seseorang yang menggenggam sebuah rasa yang menjelma dalam duduk diamnya

Aljabar Semesta

Pagi ini kicauan itu menyapa dari balik tirai jendela

Kicau merdu yang membawa beragam syahdunya cerita

Burung dalam sangkar itu terbang dengan lepasnya

Menyapaku riuh dengan lincahnya

Ucap syukur dalam sujud Dhuha dini hari

Karunia semesta yang tertegun merdu

Masih diberikan satu hari pada waktu tuk nafas diri berbenah

Waktu tuk mentafakuri diri

Waktu tuk menata dan senantiasa luruh dalam doa

Agar tak salah dalam meletakkan sebuah tatap hati

Menjadi tanya hati dalam teka-teki

Menjadi tanya dalam misteri Ilahi

Aljabar semesta penuh makna dalam cerita hari

Terima kasih atas penjagaan hati Ilahi

Baca Contoh Ini: Puisi Tentang Senja

Tentangmu yang teduh dalam nalar hati ini

Namun, ada yang hilang,

Daun yang sedang jatuh ke bumi

Hilang bersama butiran penantian

Menyelinap dibaluri sepanjang titian hari

Bersama do’a semesta ini semoga tersampaikan kerelung hatimu

Semoga Ilahi senantiasa menyertai setiap langkah kami

Semoga Ilahi senantiasa menjagamu sebagaimana ia menjaga hatiku

Menjaga hati para insani dibumi pertiwi

Sabda cinta Ilahi menjadikan dirimu selalu nyata

Dipupuk doa semesta yang senantiasa menjaga

Demikianlah beberapa contoh puisi yang bertemakan kabu, doa dan alam semesta. Semoga dapat memberikan tambahan wawasan untuk anda