zaman megalitikum

Pengertian Zaman Megalitikum, Kehidupan dan Peninggalannya

Posted on

Kehidupan sekarang tentunya tidak terlepas dari sejarah masa lalu yang sampai sekarang ini masih dikenang. Sebelum masuk ke kehidupan modern saat ini, manusia dahulunya pernah mengalami zaman batu. Zaman dimana manusia belu mengenal tulisan, bahkan peralatan yang digunakan masih tradisional.

Zaman batu sendiri mencakup zaman megalitikum, neolitikum, mesolitikum dan paleolitikum. Setiap zaman memiliki ciri khas dan kebudayaannya masing-masing, seperti halnya zaman megalitikum. Zaman yang lebih baik dari zaman-zaman sebelumnya, baik itu dari segi kehidupan sehari-hari, peralatan yang digunakan, ekonomi hingga kepercayaan yang dianut.

Salah satu yang menarik dari zaman megalitikum atau batu besar adalah manusianya lebih berkembang dari segi pemikirannya. Manusia di zaman ini sudah mampu membuat bangunan dari batu besar dengan pondasi yang kuat. Beberapa juga membuat benda-benda yang kemudian dianggap sebagai kepercayaan kepada roh leluhur.

Pengertian Zaman Megalitikum

Kata Megalitikum memiliki 2 unsur kata yang berbeda, yaitu mega yang artinya besar dan lithos yang artinya batu. Dapat diartikan bahwa zaman megalitikum adalah zaman batu besar. Menariknya adalah manusia yang hidup di zaman ini sudah dapat membuat berbagai macam benda yang berasal dari batu besar. Zaman ini merupakan perkembangan dari zaman neolitikum hingga perunggu.

Di zaman ini masyarakatnya juga sudah mengenal kepercayaan meskipun hanya sebatas kepercayaan kepada roh nenek moyang. Namun dari sinilah peradaban selanjutnya berkembang menjadi lebih baik dan beragam. Banyak juga ditemukan peninggalan benda-benda yang bentuk dan fungsinya lebih spesifik dan sebagian besar terbuat dari batu.

Ciri-Ciri Zaman Megalitikum

ciri-ciri zaman megalitikum
ciri-ciri zaman megalitikum

Ada Sistem Pembagian Kerja

Di era batu besar ini manusianya telah menerapkan sistem pembagian kerja. Pembagian ini ditentukan secara bersama sesuai dengan kesepakatan para pemimpin. Contohnya disini adalah anggota A ditugaskan untuk mencari bahan bakar untuk memasak, anggota B ditugaskan untuk berburu, anggota kelompok AB ditugaskan untuk bercocok tanam.

Memiliki Pemimpin atau Kepala Suku

Karena setiap anggota kelompok harus ada yang memimpin, maka di era ini sudah ada pemimpin atau kepala suku yang bertanggung jawab atas anggotanya. Pemimpin bertugas untuk membagi tugas bagi anggotanya, menjaga keharmonisan dan hal lain yang biasa pemimpin lakukan. Apabila pemimpin meninggal, biasanya diturunkan kepada keturunannya atau penunjukkan.

Menerapkan Sistem Hukum Rimba

Hukum rimba yang menyatakan bahwa yang kuat adalah raja diterapkan pada era megalitikum ini. Artinya yang menjadi penguasa adalah yang terkuat dan siapapun harus tunduk terhadap pemimpin tersebut. Apabila terdapat kelompok atau individu yang menentang atau tidak mematuhi peraturan, akan langsung dieksekusi.

Memiliki Norma Kehidupan

Era megalitikum sudah menerapkan norma-norma kehidupan yang berlaku untuk seluruh anggotanya. Norma tersebut disusun oleh pemimpin sesuai dengan kesepakatan bersama untuk keberlangsungan hidup yang lebih baik. Setiap orang yang melanggar akan dikenakan sanksi tersendiri sesuai dengan aturan yang telah ditetapkan.

Menerapkan Sistem Bercocok Tanam

Manusia yang hidup di era megalitikum sudah memiliki akal dan pengetahuan yang lebih baik, sehingga cara mereka bertahan hidup adalah dengan bercocok tanam. Hampir sebagian masyarakatnya menerapkan sistem food producing ini dan beberapa juga masih menerapkan sistem berburu untuk menyambung kehidupannya.

Peralatan Sudah Terbuat Dari Logam

Logam menjadi peralatan yang seringkali digunakan oleh masyarakat megalitikum dan kemudian berkembang di era modern sekarang ini. Masyarakatnya memanfaatkan logam untuk dibuat menjadi alat masak, tempat makan dan peralatan lain yang dibutuhkan. Pembuatan peralatan tersebut masih sangat tradisional.

Loading...

Peninggalan Zaman Megalitikum

Kubur Batu – Sebuah kotak penyimpanan yang terbuat dari batu yang bentuknya menyerupai peti jenazah yang memang difungsikan untuk menyimpan jenazah.

Dolmen – Salah satu wadah yang bentuknya menyerupai meja dan terbuat dari batu yang biasanya digunakan sebagai tempat untuk menaruh sesajen untuk nenek moyang. Benda ini seringkali dipasangkan dengan sarkofagus sebagai penutupnya.

Punden Berundak – Salah satu tempat yang digunakan untuk pemujaan roh nenek moyang yang bentuknya menyerupai teras rumah. Seringkali pundak berundak dianggap sebagai bentuk awal Candi.

Sarkofagus – Penyimpanan yang berupa peti yang difungsikan sebagai penyimpanan jenazah seperti kubur batu. Bedanya hanya terletak pada bentuknya yang menyerupai lesung dan terbuat dari batu utuh.

Arca atau Patung – Peninggalan zaman megalitikum yang  bentuknya bisa manusia ataupun hewan yang melambangkan roh nenek moyang yang terbuat dari batu dan digunakan sebagai pemujaan.

Menhir – Benda yang bentuknya menyerupai tiang atau tugu dan terbuat dari batu besar tunggal.

Kehidupan Zaman Megalitikum

Sosial

Sesuai yang telah disinggung sebelumnya bahwa era megalitikum merupakan perkembangan dari zaman-zaman sebelumnya, yaitu zaman neolitikum hingga perunggu. Di zaman inilah manusia sudah mengenal peralatan meskipun sebatas dari batu dan meninggalkan beberapa kebudayaan yang biasa disebut arca dan sejenisnya.

Kebudayaan

Kebudayaan megalitikum tidak terlepas dari berbagai macam pernak pernik yang terbuat dari bahan dasar batu. Bisa dikatakan kehidupan era ini cukup unik dan menarik karena hingga sekarang ini peninggalanya masih dapat ditemukan di beberapa wilayah Indonesia. Penemuan menarik yang berasal dari zaman ini adalah adanya rumah yang terbuat dari batu yang sangat kokoh dan besar.

Ekonomi

Kehidupan ekonomi berhubungan dengan peralatan yang digunakan dalam sehari-hari, baik itu untuk makan atau minum hingga bercocok tanam. Contoh peralatan yang digunakan diantaranya adalah kapak, cangkul, alat pemotong tradisional yang menyerupai pisau dan sejenisnya. Masyarakatnya hidup sederhana dengan peralatan yang memadai.

Kepercayaan

Masyarakat megalitikum memiliki inisiatif untuk mendirikan sebuah bangunan yang bematerial dasar batu yang disusun sedemikian rupa menjadi bangunan berukuran besar. Bangunan tersebut digunakan sebagai tempat ibadah pada masa itu untuk persembahan kepada roh nenek moyang. Hingga seiring berjalannya kehidupan ini berkembang dan mendapatkan pengaruh dari ajaran Hindhu, Islam, bahkan Kolonial.

Sejarah Kebudayaan Megalitikum

Perkembangan kebudayaan megalitikum di Indonesia menurut Von Heine Geldern terbagi atas 2 gelombang utama. Gelombang pertama atau megalitikum muda dimulai sekitar tahun 100-1000 SM yang dibawa oleh Deutro Melayu. Gelombang kedua atau megalitikum tua dimulai tahun 1500-2500 SM yang dibawa oleh Proto Melayu.

Masing-masing gelombang itulah yang kemudian memunculkan peninggalan sejarah benda yang dibuat seperti yang telah dibahas sebelumnya. Gelombang muda memberikan pengalaman ataupun sejarah yang berarti untuk gelombang selanjutnya untuk lebih mengembangkan apa yang telah terjadi sebelumnya.

Manusia Zaman Megalitikum

Kehidupan zaman dahulu tidak terlepas dari jenis manusia purba yang mendukung peradaban zaman. Di era megalitikum sendiri terdapat beberapa jenis manusia purba yang turut berpartisipasi, yaitu Meganthropus Paleojavanicus dan Pithecanthropus.

Pithecanthropus sendiri masih terbagi atas 3 macam, yaitu Pithecanthropus Erectus, Pithecanthropus Mojokertensis dan Pithecanthropus Soloensis.

Meganthropus Paleojavanicus memiliki arti manusia purba yang memiliki ukuran tubuh besar dibandingkan jenis lainnya. Pithecanthropus Erectus disebut sebagai manusia menyerupai kera yang cara berjalannya tegap.

Pithecanthropus Mojokertensis berarti manusia kera yang pertama kali muncul di daerah Mojokerto. Sesuai namanya, Pithecanthropus Soloensis merupakan manusia kera yang pertama kali muncul di Solo.